Dua tahun lalu Jermain Defoe tersia-sia dan terbuang. Kebijakan manajemen Tottenham Hotspur membeli striker Darren Bent membuat tempatnya di tim utama goyah. Karena dianggap tak berprospek, pada Januari 2008 Defoe dipinjamkan ke Portsmouth, dan setengah tahun kemudian dijual dengan harga sembilan juta pounds ( Rp 184,21 miliar ).

Itu pukulan telak bagi Defoe yang tengah digadang-gadang publik sebagai meteor baru sepakbola Inggris. Dia terjatuh. Tapi pria bertinggi 169 cm ini tak goyah. Bergabung di Portsmouth bersama mantan pelatihna di West Ham, Harry Redknapp, Defoe menggunakan masa ini untuk menajamkan kemampuannya.
Musim 2008-2009 dia main gemilang di Porstmouth dengan keluar sebagai top skorer klub, mencetak 14 gol. Kehebatannya membuat Tottenham menyesal membuangnya. Kebetulan, pada 2009 Redkanpp dipinang untuk melatih di White Hart Line. Defoe pun dibeli lagi dengan harag hampir dua kali lipat, 15,75 juta pounds ( Rp 259,38 miliar ).
" Beri aku kesempatan bermain, maka akan kutunjukkan siapa sebenarnya aku, " janji Defoe. Pendukung Tottenham tak perlu menunggu lama. Pada pekan kedua Premier League musim ini, Defoe kembali menjadi pusat perhatian orang seantero Inggris. Dia mencetak hat-trick ke gawang Hull City dan mengantarkan timnya menang 5-1.
Pemain berusia 26 tahun ini menjadi pendulang hat-trick pertama di musim ini. Musim lalu pemilik rekor serupa adalah Gabriel Agbonlahor dari Aston Villa, yang menorehkan tiga gol dalam waktu tujuh menit tiga detik di pertandingan pertama.
Ketajaman Defoe meneguhkan keyakinan Redknapp bahwa dia akan bersinar terang musim ini. " Dengan tidak adanya Cristiano Ronaldo, saya takkan heran kalau Defoe akan finis sebagai top skorer, " yakin Redknapp. " Saya akan kaget kalau dia tidak mencetak 20 gol di liga. "

Saat ini Defoe tinggal di apartemen mewah yang didesain penuh dengan audio visual termutakhir. Dengan gaji 70 ribu pounds ( Rp 1,15 miliar ) seminggu, pebola yang kerap gonta-ganti pacar ini tak kesulitan untuk mengisi apartemennya dengan perangkat audio visual seniali miliaran rupiah.
Namun, semua kemewahan itu tak akan pernah dimilkinya jika dia tak meneguhkan minatnya akan sepakbola. Defoe berkisah, dulu ibunya, Sandra pernah dipanggil guru matematikanya di sekolah dasar St Bonaventure. " Nilai akademik Defoe sangat tertinggal. Dia harus meninggalkan kegiatan sepakbolanya untuk fokus belajar, " kata sang guru.
Perintah itu ibarat kiamat kecil bagi Defoe cilik. " Di dunia ini yang menarik hanyalah sepakbola. Bermain dan berlatih adalah surga bagiku, " ungkap Defoe.
Untunglah sang ibu maju membela. " Defoe punya bakat besar, dan dia akan jadi pesepakbola profesional, " ucap Sandra. Sang guru membalasnya dengan dingin. " Semua anak-anak bermimpi ingin jadi pesepakbola profesional terkenal. Tapi hanya sedikit yang berhasil. Kalau Defoe gagal jadi pebola, lantas dia mau jadi apa? " sang guru balik bertanya.
Namun Sandra keukeuh membela anaknya. Jika mau melihat bakat Defoe, tantang Sandra kepada sang guru, silakan lihat Defoe bertanding. Guru tersebut lantas menonton Defoe bermain di ajang final turnamen antar seklah. Dalam tmepo kurang dari setengah jam, Defoe mencetak enam gol. " Saya salah. Defoe memang punya bakat luar biasa, " aku sang guru.
Pengakuan sang guru menemukan kebenarannya belasan tahun kemudian. Kini Defoe tak hanya menjadi pesepakbola profesional, tapi juga menembus skuad The Three Lions, impian semua anak-anak kecil di Inggris Raya.
Untuk sementara Defoe memang menjadi alternatif bagi pelatih Fabio Capello. Dia masih menjadi pelapis bagi Wayne Rooney, Emile Heskey, atau Peter Crouch. Tapi aksi gemilangnya pada Agustus lalu saat Inggris bertarung melawan Belanda di laga persahabatan dipercaya akan mengubah semua itu.
Defoe yang diturunkan sebagai pemain pengganti menjadi pahlawan The Three Lions. Dia mencetak dua gol penyama di saat timnya ketinggalan dua gol. Defoe pun dipuja bak pahlawan dan media-media Inggris percaya bahwa era Defoe telah datang. " Belum pernah aku sebahagia ini. Bermain untuk The Three Lions adalah mimpi masa kecilku, " tegasnya.

Kini kemilau Defoe mulai benderang. Onak dan duri di perjalanan kariernya telah dijadikannya pengasah ketajamannya di lapangan. Ya, Defoe kini telah berubah menjadi intan nan matang.